Powered By Blogger

Kamis, 03 Juni 2010

MEMAHAMI WACANA LISAN DAN TULIS

Beberapa ahli bahasa memiliki anggapan bahwa mulanya linguistik bagian dari filsafat. Namun, karena kajian sebelumnya itu masih menimbulkan ketidakpuasan bagi para ahli, timbullah kajian linguistik modern yang mulai mempermasalahkan unsur-unsur bahasa seperti bunyi, kata, frasa, klausa, kalimat, di samping ada juga unsur makna (semantis). Belakangan, kajian kebahasaan semakin luas hingga dalam bentuk lebih besar yang disebut dengan wacana.
Alwi, dkk. (1998:419) mengatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan membentuk kesatuan. Kridalaksana (2001:231) menyatakan bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana menurut Kridalaksana direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (misal novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa sebuah wacana melebihi sebuah kalimat. Hal ini sesuai dengan pengertian bahasa secara sederhana, yakni “alat komunikasi”. Sebagai alat komunikasi, bahasa tentunya tidak diucapkan satu kalimat, tetapi penyampaian gagasan, pikiran, perasaan tersebut dapat berupa kalimat berangkai. Selain itu, analisis terhadap wacana dimaksudkan untuk menginterpretasi makna sebuah ujaran dengan memperhatikan konteks, sebab konteks menentukan makna ujaran. Konteks meliputi konteks linguistik dan konteks etnografii. Konteks linguistik berupa rangkaian kata-kata yang mendahului atau yang mengikuti sedangkan konteks etnografi berbentuk serangkaian ciri faktor etnografi yang melingkupinya, misalnya faktor budaya masyarakat pemakai bahasa. Inilah yang dimaksudkan dengan wacana dari definisi di atas.
Para penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga sepakat memberikan batasan wacana sebagai berikut.
“komunikasi verbal; percakapan; keseluruhan tutur yang merupakan satu kesatuan; satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah; kemampuan atau prosedur berpikir sistematis; kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat; pertukaran ide secara verbal” (KBBI, 2005:1265).
Batasa tersebut semakin menjelaskan bahwa analisis atau kajian wacana sangat luas, dapat terjadi dalam bentuk tuturan dan tulisan, ia digunakan dalam komunikasi sebagai salah satu interaksi kebahasaan. Dengan kata lain, wacana dapat dikatakan sebagai satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Karena itu, wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau interaksional.
Oleh karena komunikasi tersebut dapat terjadi dalam bentuk lebih dari satu kalimat, Alwi dkk. (1998:419) menyatakan bahwa pembicaraan tentang wacana memerlukan pengetahuan tentang kalimat dan segala hal yang ada hubungannya dengan kalimat. Namun demikian, yang menjadi persoalan kemudian adalah kalimat yang dipakai tersebut apakah sama saat diujarkan dengan dituliskan?
Sebagai contoh, interaksi memberi salam dan menjawab salam bagi dua orang apalagi antara tuan rumah dan tamu adalah sebuah keniscayaan. Namun, apakah sama memberi salam antara tamu dan tuan rumah tersebut dengan salam antara khatib (tukang ceramah) dengan audiens, antara dua orang sesama muslim yang berpapasan di jalan, atau antara anak dan orangtua saat akan berpamitan?
Jawaban salam dari tuan rumah kepada tamu sendiri tentunya masih mengalami perbedaan antara tuan rumah yang sudah melihat tamunya di depan (serambi) rumah dengan tuan rumah yang masih berada di dalam rumah (mungkin di dapur. Perbedaan tersebut terletak pada intonasi, situasi, tempat, dan waktu. Lantas, bagaimanakah kalimat atau ungkapan salam tersebut dilahirkan dalam wujud tulisan? Hal-hal seperti inilah yang menjadi pemikiran pentingnya menganalisis wacana dari segi lisan dan tulis, karena para ahli telah sepakat bahwa untuk menyampaikan ide atau perasaan sekecil apa pun, dapat dilakukan dengan lisan dan tulis.
Pertanyaan berikutnya yang menjadi landasan pemikiran meninjau tentang pemahaman wacana adalah mana yang lebih mudah dipahami; wacana lisan atau wacana tulis. Lantas bagaimana peran dan ciri-ciri kedua jenis wacana tersebut. Patut diingat pula bahwa jenis-jenis wacana masih dapat dibagi lagi. Namun, induk pembagian jenis wacana tetaplah lisan dan tulis. Dari dua pembagian ini kemudian dirincikan lagi jenis-jenis wacana lainnya. Adapun pembahasan dalam tulisan ini sekedar mencoba memberikan pemahaman tentang wacana lisan dan wacana tulis.
Wacana Lisan dan Wacana Tulis
Pemahaman wacana lisan jauh lebih banyak daripada sekedar mengawakode simbol-simbol yang tertera pada halaman tulisan. Hal itu menyangkut pengakuan akan apa yang sudah diketahui dan pengintegrasian yang baru ke dalam dasar pengetahuan yang sudah ada pada seseorang. Hal ini disebabkan dalam membaca kita membawa sejumlah besar informasi ke dalam teks dan mengambil sejumlah besar kesimpulan berdasarkan pengetahuan dasar atau pengetahuan skematis. Jika pengetahuan skematis tidak ada atau cacat, pemahaman akan terhalang. Hal ini sudah ditunjukkan oleh Steffensen (1981) yang dikutip kembali oleh Silangen (1992:67). Ia mengatakan:
1. tidak ada situasi yang umum, “situasi” (atau kerangka acuan) yang dikehendaki ada di dalam teks dan harus disimpulkan dari teks.
2. kata-kata berdiri sendiri. Mereka tidak ditopang oleh perilaku nonverbal (yang kita sebut peniruan) dan perilaku jamahan atau pernyataan verbal.
3. tak ada kesempatan untuk umpan balik kepada sumber. Jika asumsi penulis mengenai keadaan “w” dibesar-besarkan, tergantung pada pembacalah untuk menutup celahnya dengan cara sendiri.
4. membaca adalah monoton, tidak terputus-putus. Kurang kesempatan bagi pembaca untuk memberi respon yang terbuka. Jika ia memberikan respon yang terbuka (tertawa atau menuliskan catatan dan sebagainya), tulisan itu langsung diperkuat. Penulis tidak tahu apa tentang respon terbuka itu.
5. pengeditan teks dapat menghalangi pemahaman. Kesalahan dan hentian dalam bahasa lisan justru sesuai dengan titik-titik kemacetan dalam gerakan pikiran pembaca. Mereka mengisyaratkan kesulitan dan menyediakan waktu mengatasinya, baik pendengar maupun pembaca.
6. karena teks lebih lengkap daripada ujaran, teks cenderung lebih padat. Bagi pembaca yang belum dewasa teks juga tidak dikenal dalam hal pemilihan kata dan gaya. Bahasa adalah miliknya, gaya adalah asing.
7. penulis mengurutkan bahannya. Akan tetapi, urutan yang menurutnya terbaik mungkin bukan yang terbaik bagi pembaca tertentu.
Pengembangan Keterampilan Wacana
Keterampilan yang dimaksudkan dalam bagian ini secara khusus dihubungkan dengan pandangan teoretis, yaitu yang diperoleh dari aspek linguistik dan psikolinguistik pemrosesan.
Dalam pembelajaran, seharusnya di akhir proses pembelajaran, siswa mampu memanfaatkan pengetahuan dasar yang mereka miliki untuk memberikan orientasi pada tugas bacaan. Siswa diharapkan mampu menyusun gagasan tentang topik ke dalam hierarki konseptual. Kegiatan membaca seperti itu untuk mendorong para pembelajar mengemukakan informasi yang mereka miliki, membantu pembaca untuk memahami teks mengenai bahan yang diberikan.
Keterampilan lain yang bermanfaat dalam memahami wacana adalah kemampuan membaca cepat sebuah teks dan menghasilkan suatu garis besar struktur teks. Hal ini memberikan gambaran ikhtisar “atas-bawah” atau peta konseptual yang akan dipelajari oleh pembelajar secara rinci.
Ada berbagai relasi antarelemen dalam wacana. (1) Relasi koordinatif adalah relasi antarelemen yang memiliki kedudukan setara. (2) Relasi subordinatif adalah relasi antarelemen yang kedudukannya tidak setara. Dalam relasi subordinatif itu terdapat atasan dan elemen bawahan. (3) Relasi atribut adalah relasi antara elemen inti dengan atribut. Relasi atribut berkaitan dengan relasi subordinatif karena relasi atribut juga berarti relasi antara elemen atasan dengan elemen bawahan. (4) Relasi komplementatif adalah relasi antarelemen yang bersifat saling melengkapi. Dalam relasi itu, masing-masing elemen memiliki kedudukan yang otonom dalam membentuk teks. Dalam jenis ini tidak ada elemen atasan dan bawahan.
Hakikat Wacana Lisan
Richards (1983) mengemukakan bahwa:
…konsep koherensi yang diterapkan dalam wacana bercakap-cakap sangat berbeda dengan cara koherensi yang diciptakan dalam wacana tulis. Wacana tulisan direncanakan, diatur ketat, dan biasanya merupakan produk satu orang. Wacana lisan tidak direncanakan sebelumnya, tetapi diproduksi dalam waktu sinambung dengan saling kerja sama. Oleh karena itu, wacana lisan menyajikan makna dengan cara sama sekali berbeda dengan wacana tulisan. Topik dikembangkan secara berangsur-angsur, dan konvensi pengembangan topik dan perubahan topik adalah distingtif terhadap laras bahasa lisan. Para pendengar dapat menggunakan isyarat seperti ‘berbicara tentang itu, mengingatkan Anda pada… ngomong-ngomong, sejah hal itu’ untuk menunjukkan arah pengembangan topik.”
(Nunan, 1992:78)
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa hakikat wacana lisan sifatnya hanya sesaat dan biasanya interaktif, pembicara lebih banyak berasumsi tentang keadaan pengetahuan mutakhir pendengar daripada penulis terhadap pembaca. Karena itu, pengetahuan skematis sangat penting. Dalam usaha memahami wacana lisan, baik monolog (seperti mendengarkan berita radio) maupun dialog (semisal mendengar percakapan antara pentur asli), pendengar harus menafsirkan dan mengintegrasikan bahasa pada tingkat proposisional dan ilokasi.
Hakikat Wacana Tulis
Mengutip Smith (1978), Nuna menyebutkan pengalaman sangat penting dalam pemahaman lingusitik. Hal ini karena linguistik memiliki hubungan tekstual yang ditunjukkan oleh referensi, elipsis, konjungsi, dan kohesi leksikal.1 Sebuah komponen penting dalam pelajaran pemrosesan wacana adalah membantu pembelajar untuk mengembangkan keterampilan dalam mengenali hubungan-hubungan ini. Selain penting bagi pembelajar untuk membangun suatu kosa kata yang ekstensif dalam medan makna yang dimarkahi oleh kohesi leksikal, juga penting untuk mengembangkan keterampilan memanfaatkan informasi kontekstual untuk memahami kosa kata yang tidak diketahui.
Selain itu, perlu juga dikembangkan keterampilan yang lebih sulit untuk mengenali daya retorik informasi tekstual yang tidak dimarkahi secara eksplisit dengan beberapa bentuk konjungsi. Akhrinya, pembaca seharusnya mampu mendemonstrasikan penguasaan terhadap isi tekstual dengan beralih ke balik teks itu.
———————-
1Bagian ini akan dijelaskan pada lain kesempatan.
ANALISIS
Analisis wacana menginterprestasi makna sebuah ujaran dengan memperhatikan konteks, sebab konteks menentukan makna ujaran. Konteks meliputi konteks linguistik dan konteks etnografii. Konteks linguistik berupa rangkaian kata-kata yang mendahului atau yang mengikuti, sedangkan konteks etnografi berbentuk serangkaian ciri faktor etnografi yang melingkupinya, misalnya faktor budaya masyarakat pemakai bahasa (Massofa, 2008).
Dalam analisis wacana berlaku dua prinsip, yakni prinsip interpretasi lokal dan prinsip analogi. Prinsip interpretasi lokal adalah prinsip interpretasi berdasarkan konteks, baik konteks linguistik atau koteks maupun konteks nonlinguistik. Konteks nonlinguistik yang merupakan konteks lokal tidak hanya berupa tempat, tetapi juga dapat berupa waktu, ranah penggunaan wacana, dan partisipan. Selanjutnya, prinsip interpretasi analogi adalah prinsip interpretasi suatu wacana berdasarkan pengalaman terdahulu yang sama atau yang sesuai. Dengan interpretasi analogi itu, analis sudah dapat memahami wacana dengan konteks yang relevan saja. Hal itu berarti bahwa analis tidak harus memperhitungkan semua konteks wancana.
Pemahaman Wacanan Lisan dan Tulis
Mengembangkan pemahaman atau pengertian yang baik pada sebuah wacana sebenarnya sama saja dengan mengembangkan pemikiran yang baik. Tak seorang pun dapat mengajarkan bagaimana caranya meningkatkan pemikiran hanya dalam tempo semalam. Namun demikian, ada langkah-langkah yang dapat dijalankan guna membantu bagaimana meningkatkan kemampuan membaca (memahami teks dan nonteks) jauh lebih cepat dari yang dibayangkan.
Proses pemahaman wacana adalah proses menemukan konfigurasi skemata yang menawarkan uraian yang memadai tentang bacaan yang bersangkutan (Alwi, dkk., 1998:450). Hal ini berkaitan tentang pemahaman wacana tulis. Ada beberapa penyebab kegagalan pemahaman wacana bacaaan meskipun penulis telah berusaha menulis dengan baik dan pembaca telah berusaha membaca dengan baik pula.
Pembaca mungkin tidak mempunyai skemata yang sesuai. Dalam hal ini, pembaca memang tidak dapat memahami konsep yang disampaikan penulis. Di sisi lain, meskipun pembaca memiliki sekmata, tetapi petunjuk-petunjuk yang disajikan oleh penulis mungkin tidak cukup memberi saran tentang skemata tersebut. Hal ini berarti bahwa pembaca tidak akan memahmi wacana. Namun, dengan petunjuk tambahan yang sesuai, mungkin ia dapat memahami bacaan dimaksud.
Kendati pembaca mungkin mendapat penafsir wacana secara tetap, tetapi mungkin tidak menemukan apa yang diinginkan oleh penulisnya. Artinya, pembaca mungkin memahami teks, hanya saja pemahaman dia kemungkinan berbeda dengan maksud yang hendak disampaikan oleh penulis teks.
Adapun yang dimaksud dengan skemata adalah pengetahuan yang terkemas secara sistematis dalam ingatan manusia. Skemata itu memiliki struktur pengendalian, yakni cara pengaktifan skemata sesuai dengan kebutuhan. Ada dua cara yang disebut pengaktifan dalam struktur itu, yakni (1) cara pengaktifan dari atas ke bawah dan (2) cara pengaktifan dari bawah ke atas. Pengaktifan atas ke bawah adalah proses pengendalian skemata dari konsep ke data atau dari keutuhan ke bagian. Pengaktifan bawah ke atas adalah proses pengendalian skemata dari data ke konsep atau dari bagian ke keutuhan.
Langkah pertama di dalam mengembangkan pemahaman ialah dengan mempraktikkan menemukan apa subjek atau pokok pikiran dari suatu paragraf. Manfaatkan waktu Anda memahami hal ini, tanpa harus berpikir lagi. Namun, perlu praktik melakukannya sehingga Anda dapat melakukannya ketika berjumpa dengan teks atau wacana yang sulit.
Berikut ini adalah latihan sederhana sebagai salah satu cara yang mungkin dapat dilakukan.
LATIHAN
Bahan: kertas, pensil
Tujuan: Belajar mengidentifikasi makna isi suatu paragraf.
1. Baca setiap paragraf di bawah ini secepat yang Anda dapat, dengan tangan Anda dan cari jawaban paragraf gagasan pokoknya tentang apa.
2. Dalam wacana ini, butir dari “A” hingga “F”. Sesudah membaca sebuah kalimat dalam paragraf sebanyak satu kali, kembali lagi, dan dalam kertas Anda tulis paragraf itu mengenai apa dalam beberapa kata saja.
CATATAN: Penting untuk membaca setiap wacana hanya sekali! Hindari untuk mengulanginya.
A. Semua pohon berwarna hijau.
B. Banyak burung terbang ke arah selatan di musim dingin.
C. Herman membersihkan halaman, Safriandi yang menyuruh.
D. Syahriandi suka main sepak bola. Ia ingin suatu saat menjadi pemain professional.
E. Syaid Saifullah adalah penulis terkenal dari Gemasastrin pada era 80-an. Ia seorang Islam yang taat.
F. Mitoha merupakan seorang guru SMP. Ia masih muda, manis, berambut hitam pendek, dan memiliki psotur tubuh ideal. Nama aslinya tidak biasa disebut orang karena ia menggunakan nama kecil, yakni Neng Geulis.
LIHAT!
1. Apakah Anda memperhatikan bahwa pokok atau subjek setiap wacana selalu berada pada kalimat pertama? Ini teori umum pada semua tulisan. Kenyataannya, hampir 95% dari semua paragraf, topik dipresentasikan pada kalimat pertama. Itu sebabnya, mengapa kalimat ini kerap disebut sebagai kalimat topik.
Perintah itu semua coba Anda kerjakan dan dilakukan secepat mungkin. Oleh karena dalam hampir setiap kasus topik terdapat pada kalimat pertama, bacalah kalimat pertama dengan sangat hati-hati apa yang dibahas dalam wacana dimaksud. Jika Anda menemukannya, sebenarnya Anda sudah menemukan tujuan yang telah saya berikan. Namun, selalu ada kesempatan, bahkan ini mungkin hal yang sangat mudah (mungkin kurang dari lima persen), bahwa topik yang sesungguhnya diberikan di mana saja dalam wacana itu. Dengan demikian, Anda dapat meneruskan membaca agar dapat melihat bahwa segala sesuatu terkait dengan topik yang sudah Anda baca. Kini tentu Anda dapat mulai lebih cepat lagi dari yang sebelumnya.

Jodoh

Akhirnya aku tiba di kampungku, tiga hari setelah hari raya. Atau lebih tepatnya empat hari, karena tahun ini orang-orang di kampungku berhari raya sehari lebih awal dari versi resmi pemerintah. Telah genap tujuh tahun aku tak pulang, sebab berkuliah di Jawa. Kini telah bekerja di perusahaan kecil-kecilan. Oleh karena uangku belum cukup, aku tak dapat pulang sebelum hari raya. Tiket mahal. Masih untung aku bisa pulang.

Sejuknya hawa perbukitan, panorama dua gunung yang saling berhadapan, jalan raya di depan kampungku, toko-toko keripik dan kerupuk yang berjajar di tepi jalan, gapura putih di muka kampungku, semua tampak sama. Hanya bedanya barangkali, mobil-mobil di jalan jadi lebih banyak. Seolah-olah semua orang pulang kampung secara bersamaan. Aku melangkah masuk ke jalan kampungku. Orang mencuci pakaian di tabek, orang buang air di tandai, orang menjemur gabah di jalan kampung yang tak seberapa lebar, sungguh pemandangan yang lama tak kujumpai. Perlahan kulayangkan ingatanku kepada masa-masa terdahulu, waktu bersuka ria bermain bersama kawan-kawan sebaya yang kini telah entah di mana adanya.

Lamunanku dibuyarkan oleh tepukan seseorang di pundakku. Kupalingkan wajahku ke belakang. Tampaklah seorang wanita usia empat puluhan awal, yang kukenali sebagai Tek Sima, penjual ketupat sayur yang dagangannya menjadi sarapanku selama bertahun-tahun di sini. Kukira ia baru saja datang dari pasar.

“Hai Jang!” serunya. “Benar ini si Ujang kan?”

Aku tersenyum. Sudah lama benar aku tidak mendengar panggilan itu. Orang-orang kampung sini biasa memanggilku si Ujang saja, tanpa peduli nama benarku bukanlah itu. “Iya benar, Tek,” jawabku.

“Kapan tiba, Jang? Sudah lama benar tidak jumpa.”

“Baru saja.”

“Oh begitu. Singgahlah sebentar, Jang.”

“Biarlah, Tek. Saya lihat rumah dulu.”

Kutinggalkan Tek Sima, kupercepat langkahku menuju rumah orang tuaku. Nanti-nanti sajalah aku berkunjung ke rumahnya, toh rumahnya dekat saja dengan rumah orang tuaku.

*

Di rumah, kujumpai ibuku tengah memasak. Ibu selalu sibuk memasak, seolah tiada habisnya yang dimasaknya itu. Bapak sedang mengurus bengkel angkotnya yang terletak sedikit di luar batas kota. Mereka tinggal berdua saja di rumah ini. Kakakku yang perempuan sudah menikah dan kini bekerja di luar kota. Adikku yang lelaki sedang kuliah di Jawa pula. Keduanya tahun ini tidak ada yang pulang, karena sibuk oleh urusan masing-masing. Memang begitulah kalau orang sudah merantau.

Sore harinya, Tek Sima bertandang ke rumahku. Banyak benar ceritanya, mulai dari usaha bengkel suaminya yang merugi, soal sawahnya yang hendak dijual karena dipandang tidak menguntungkan, soal beratnya biaya hidup, dan sebagainya. Dibawanya serta anak-anaknya, ada lima orang rupanya. Semuanya lebih muda daripadaku. Yang tertua laki-laki, Deni namanya, kini kerja serabutan di mana-mana sekaligus mengurusi sawah di kampung. Adiknya perempuan, Feli namanya, kini masih kelas dua SMA. Ada lagi adiknya tiga orang, masih SMP, SD, dan yang bungsu belum lagi sekolah. Seingatku saat aku berangkat ke rantau, anak Tek Sima ini baru tiga orang. Rupanya beranak pinak saja kerja orang ini, pikirku.

Besok malamnya, kami sekeluarga diundang makan di rumah Tek Sima. Besok malamnya lagi, kami makan di tempat tetangga atau keluarga yang lain lagi. Memang begitulah yang telah menjadi kebiasaan di kami. Dalam tiap-tiap kunjungan, selalu saja orang-orang menanyakan di manakah gerangan istriku, tidakkah dibawa serta ke kampung. Kukatakan terus terang bahwa istriku belum lagi ada. Orang-orang menggelengkan kepala. Mungkin merasa aneh jika orang seusiaku belum beristri pula.

Sekali waktu saat di rumah, Ibu bertanya kepadaku. “Jang, apa kerja Ujang kini?”

“Konsultan, Bu,” jawabku singkat.

“Apa itu?”

“Ya konsultan. Orang yang memberikan konsultasi, nasihat, memecahkan masalah orang. Tapi khusus di bidang teknik.”

“Terserahmu lah. Tapi sudah dirasa mantap benar dengan pekerjaanmu itu?”

“Ya sementara begitulah, Bu.”

“Ah kalau begitu cari-carilah calon istri, Jang. Sudah patut pula, Jang. Atau sudah ada?”

“Belum lagi.”

“Ah masa belum lagi? Tak mungkin itu. Ibu tahu benar kau pasti sudah ada. Iya, Jang?”

“Secara resmi belum ada, Bu.”

“Iyalah, resmi itu nanti kalau kalian sudah kawin. Maksud Ibu calon. Masa tidak ada?”

“Calon sih ada. Tapi entah apa pihak sana juga menganggap saya sebagai calonnya.”

“Oih, macam-macam saja kamu ini. Siapa Jang, orang mana?”

Didesak terus, aku terpaksa buka mulut. Padahal tadinya sama sekali tak ada niat untuk bercerita soal-soal begini kepada Ibu apalagi Bapak. “Ada lah, Bu. Jangan bilang ke siapa-siapa dulu. Orang kita juga. Tapi dari daerah Anu,” kataku sambil menyebut nama suatu tempat sekitar 40 kilometer dari kampungku.

“Oh begitu! Cepat-cepatlah kamu resmikan kalau begitu, supaya agak berhenti sedikit nyinyir mulut orang-orang bertanya ke Ibu tentangmu itu.”

“Sedang diusahakan, Bu. Tapi lihat nanti-nanti saja lah,” jawabku sekenanya.

“Kamu ini dari dulu selalu begitu,” timpal Ibu sambil tersenyum. “Jang, Tek Sima sudah bertanya-tanya tuh, kalau sekiranya Ujang belum bercalon, mau pula dia menjodohkanmu dengan anaknya.”

“Siapa? Si Feli?”

“Si Feli,” Ibu mengiyakan.

Ini sudah kuduga. Aku sudah membaca baik dari tutur kata dan sindir Tek Sima saat berkunjung ke rumah, maupun saat kami sekeluarga yang datang ke rumahnya. Keluarga kami memang berkawan dekat sejak dulu dengan keluarga Tek Sima, dan masih ada pertalian saudara pula dengan ayahku. Si Feli bukannya tidak cantik, tapi bukan itu semata pertimbanganku. Yang lebih utama adalah, anak itu lulus SMA pun belum, tak ada pula tanda-tanda bakal melanjutkan ke bangku kuliah setelah lulus nanti, tahu apa dia tentang asam garam kehidupan. Lagipula masih ada calon yang kuceritakan pada Ibu tadi.

“Tak usah terlampau dipikirkan, Jang,” Ibu seolah dapat membaca pikirku. “Itu kan hanya buah bibir orang kampung belaka. Tentukan sendiri mana yang baik bagi Ujang.”

Perkataan Ibu sedikit menenangkan hatiku. Tak pernah lagi kupikirkan perkara tersebut, sampai pada malam terakhir sebelum aku bertolak kembali ke rantau, di mana Bapak dan aku sedang menonton televisi yang hanya mampu menampilkan tiga saluran, karena rusaknya antena parabola di rumah kami.

Setelah berbincang ke sana kemari, tiba-tiba Bapak berkata, “Jang, coba dengarkan Bapak agak sebentar. Jarang-jarang benar ‘kan Bapak memberi nasihat.”

“Apa itu Pak?” tanyaku agak heran.

“Tentang jodoh. Pasangan hidup.”

Aku langsung menyempurnakan sikap dudukku.

"Sudah waktunya kamu mulai mencari. Bapak tahu kamu lama tinggal di rantau. Bapak tidak bisa mengatur-atur. Siapa pun pilihanmu, Bapak terima saja. Asalkan seiman. Suku bangsa pun boleh apa saja, terserah.”

“Tapi ada tapinya, sedikit saja kalau boleh,” lanjut Bapak. “Kalaupun kamu tertarik dengan gadis dari daerah kita pula, carilah yang kampungnya dekat-dekat kampung kita. Semakin dekat sini semakin bagus. Jangan cari orang daerah Anu.”

Aku terkesiap. “Memangnya kenapa Pak?”

“Jangan. Perilakunya banyak yang kurang baik. Bapak tahu beberapa orang asal sana yang tindak tanduknya kurang baik. Sebaiknya janganlah.”

Sebenarnya aku ingin protes. Bapak terlalu menggeneralisir, menyamarata-kan semua orang. Padahal itu hanya stereotip yang belum tentu tepat. Tapi aku diam saja, aku sedang tak ingin berdebat. Sampai meninggalkan kampung keesokan harinya, aku tak lagi mempertanyakannya, pun Ibu dan Bapak tidak menyinggung lagi soal tersebut. Tapi kukira, dan aku hampir yakin, Ibu telah bercerita kepada Bapak tentang hal ihwal calonku yang orang Anu itu.

*

Tak lama berselang, aku telah berpindah kerja ke perusahaan lain yang lebih besar. Aku semakin sibuk, pekerjaan semakin banyak. Acapkali harus berdinas ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan sampai beberapa kali harus ke luar negeri. Karena itu pula bagiku begitu sulit menemukan waktu untuk kembali pulang kampung. Memang begitulah adanya, waktu adalah uang, tapi uang tak selalu bisa membeli waktu. Sampai pada tahun ketiga sejak kepulanganku yang terakhir, akhirnya aku dapat pulang beberapa hari menjelang hari raya, sampai kira-kira sepekan sesudahnya.

Setibanya di kampung, orang pertama yang kutemui di jalan adalah, secara kebetulan, si Feli. Tampak di mataku bahwa gadis ini semakin cantik dan menarik, juga lebih dewasa.
Basa-basi aku bertanya, “Ke mana, Fel?”

“Ke pasar, Da,” jawabnya singkat.

“Oo. Di mana kerja Feli sekarang?”

“Sedang kuliah, Da,” jawabnya sambil menyebutkan nama suatu universitas negeri di propinsi kami.

“Baguslah itu,” timpalku sambil mengangguk-angguk. Aku senang jika anak-anak muda di kampungku ini berpikiran maju, berkegiatan yang produktif, supaya ikut maju pulalah seisi kampung ini.

Aku meneruskan jalan ke arah rumahku. Sambil berjalan, mulailah aku berpikir ke mana-mana. Si Feli makin cantik kini, sudah berkuliah pula. Kalau tiga tahun lalu dia masih kelas dua SMA, berarti sekarang umurnya kira-kira dua puluh. Sudah mulai dewasa, pikirku. Aku sendiri belum juga beristri, alasan yang paling sering kukemukakan ialah sibuknya pekerjaanku kini. Entah apakah orang-orang rumahku bisa percaya dengan alasan semacam itu. Selama di rantau tiga tahun terakhir, sedikit sekali, untuk tidak mengatakan tiada sama sekali, waktuku untuk memikirkan hal-hal jodoh itu. Tapi pulang ke kampung dalam keadaan belum beristri pula, mau tak mau mengingatkanku kembali. Sudah waktunya, kata Ibu dan Bapak tiga tahun silam. Saat ini, kataku pun demikian. Dan kalau masih boleh, hendak kupenuhi keinginan Tek Sima dulu. Supaya hangat hatinya, hati Ibu dan Bapak, hatiku juga.

Esoknya, selepas sahur, ketika Bapak sedang ke belakang, tinggallah aku berdua dengan Ibu di meja makan. Ibu lekas bertanya, ”Jang, kamu masih sendiri juga. Memang ke mana calonmu yang orang Anu itu?”

Aku tersenyum kecut. “Lupakanlah, Bu. Dia sudah kawin pula dengan orang lain.”

“Oh ya? Kok bisa? Dengan siapa pula? Kenapa tidak denganmu?”

“Bisa saja. Dengan kawan sekantornya. Mungkin kami memang tidak jodoh.”

“Ah masa? Kamu saja mungkin yang kurang pandai mengambil hatinya.”

“Mungkin,” jawabku. “Saya tiba di waktu yang tak tepat, Bu. Saya terlambat untuk mulai mengenali pribadinya lebih jauh, tapi terlalu pagi untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Dan ketika waktu yang tepat telah tiba, saya tidak ada di sana. Saya gagal. Itulah, barangkali kami tak sejodoh.”

Ibu mau menimpali lagi, tapi azan subuh telah berkumandang. Aku bergegas mengambil air wudhu, kemudian pergi ke surau. Di surau aku bertemu dengan Deni, anak Tek Sima yang sulung. Selepas sembahyang subuh, kuajak ia mengobrol di pelataran surau.

Setelah berbasa-basi, kutanyakan juga padanya, “Dengar-dengar si Feli kini kuliah?”

“Iya, Da. Di Fakultas Sastra,” jelas Deni membenarkan pernyataan adiknya padaku kemarin.

“Baguslah. Anak gadis harus pula sekolah tinggi-tinggi, jangan cepat-cepat dikawinkan saja. Supaya maju pemikiran kita.”

“Loh, Uda belum tahu rupanya?” Deni agak terkejut.

Aku balik terkejut. “Tahu apa?”

“Si Feli sudah kawin pula.”

“Ha? Masa? Dengan siapa?”

“Dengan Rafli, anaknya Tuan Gafur.” Disebutnya nama salah seorang kerabat kami yang kaya raya. Setahuku kerabatku ini tidak tinggal di kampung kami, melainkan di kota. Dan si Rafli ini, tak jelas pula pekerjaannya.

“Kenapa begitu, Den?” aku masih terbengong-bengong.

“Itulah, Da. Kerja saya tak seberapa, bengkel Papa kini telah tutup juga. Adik-adik semuanya perlu sekolah. Sementara itu Mama perlu modal pembuka kios di pasar. Kami banyak utang, utamanya ke Tuan Gafur.”

“Hah? Jadi..?”

“Yah, sawah Mama dijual ke Tuan Gafur. Dan si Feli... si Feli dinikahkan dengan anaknya,” tutur si Deni dengan pelan.

“Lantas... kuliahnya?”

“Justru kuliahnya itu dibayari oleh Tuan Gafur. Begitu pula uang sekolah adik-adik. Sekarang Feli sudah hamil tiga bulan.”

Aku terdiam. Habis sudah semua kata-kata. Sepenuhnya benar bahwa jodoh adalah rahasia Tuhan! *

---

Minggu, 30 Mei 2010

DAFTAR ORANG TERKENAL YANG MENJADI GILA

Orang-orang ini dapat dikatakan jenius dan berbakat pada bidangnya
masing-masing, namun kepintaran otak mereka tidak dipergunakan ketika
memutuskan untuk mengakhiri hidup


1. KURT COBAIN (1967-1994)
Bisa jadi ia menyesal telah menciptakan Smells Like Teen Spirit. Menjadi artis top bukanlah cita-citanya ketika ia mendirikan Nirvana. Kurt hanya ingin bermain musik untuk menyalurkan rasa marah, kesepian, depresi dan
jenis ke-bete-an lainnya yang didapat akibat berbagai kejadian traumatis seperti perceraian orang tuanya sampai sering dipukuli di sekolah karena dianggap culun dan bego. Tahun 1991...BUM...! Album Nevermind meledak. Mereka
menjadi icon generasi baru di seluruh dunia dan menjadi salah satu band paling berpengaruh sepanjang masa. Maka, Cobain bertambah stress. TANDA-TANDA KEGILAAN: Membuat lirik lagu yang sulit dimengerti, menghancurkan peralatan musik, mengenakan gaun baby doll di panggung, menantang Axl Rose berkelahi, menikah dengan Courtney Love, mengkonsumsi heroin bersama Courtney yang tengah hamil, dan membuat lagu I Hate My Self and I Want To Die yang juga diusulkan sebagai judul album ketiga Nirvana (ditolak mentahmentah dan diganti menjadi In Utero).

TRAGIS:
Kurt sudah berulang kali mengatakan soal bunuh diri. Tapi pada tanggal 4 Maret 1994, upaya itu direalisasikannya dengan menelan sekitar 50 butir pil painkiller dicampur sampanye. Kombinasi yang mematikan, namun gagal. Cobain yang sudah koma dilarikan ke rumah sakit dan selamat. Beberapa minggu kemudian, ia menjalani program detox di L.A., tapi belum selesai, ia kabur dan menghilang. Ibunya melaporkan kasus ini ke polisi, tetapi tanggal 7 April, vokalis berambut gondrong tanggung itu ditemukan dengan kepala berlubang di pondok kecil di halaman rumahnya di Seattle, bersama dengan shotgun yang masih menempel di dagunya dan catatan bunuh diri yang
ditujukan kepada Boddah (sahabat khayalannya), Courtney dan Fraces Bean, putrinya. Dalam suratnya antara lain ia mengatakan sudah tidak tahan menjadi pusat perhatian. Aksinya itu kemudian ditiru oleh beberapa fans-nya yang juga gila di Amerika dan negara-negara lainnya.


2. ADOLF HITLER (1889-1945)
Orang gila sejati, the ultimate megalomaniac. Semua orang juga tahu dialah orang yang memulai Perang Dunia II. Tapi siapa sangka di masa mudanya di Austria , ia kabur menghindari wajib militer, tertangkap untuk kemudian dilepaskan lagi karena dinilai kurang sehat dan terlalu lemah untuk menyandang senjata. Ketika PD I mulai, ia akhirnya bergabung secara sukarela dengan angkatan bersenjata Jerman. TANDA-TANDA KEGILAAN: Ketika ibunya meninggal, Hitler yang berusia 18 tahun berjam-jam memandangi mayat ibunya dan membuat gambar-gambar sketsa (ia memang mempunyai bakat seni tinggi). Kebenciannya akan orang Yahudi sudah timbul waktu itu karena dokter
yang merawat ibunya berkebangsaan Yahudi dan gagal menyelamatkannya. Setelah dewasa, ia mencukur kumisnya berbentuk kotak (dan menjadi inspirasi para pelawak). Ia menganggap bangsa Jerman (ras Arya) adalah manusia paling hebat di dunia dan sebagai bangsa terunggul, Jerman harus melebarkan wilayahnya dengan kekuatan dan memperbudak bangsa lain, misalnya bangsa Slavia, yang kelasnya lebih rendah-ini masih untung

dibandingkan bangsa Yahudi, yang tidak termasuk kelas apapun selain sebagai musuh yang harus dihancurkan. Lawan-lawan politiknya di dalam negeri dibunuh, sehingga tidak ada lagi yang menghalangi rencana gilanya menyerang wilayah Eropa Timur.

TRAGIS:
Sekali gila tetap gila... sampai saat terakhir. Menghadapi serbuan sekutu yang marah pada 30 April 1945 Hitler bersembunyi di sebuah bunker bawah tanah di Berlin . Menyadari tak ada jalan kabur, Hitler melangsungkan upacara pernikahan dengan pacarnya, Eva Braun, dan menyuruhnya minum racun hingga tewas. Ia sendiri memilih menembak kepalanya. Mayat keduanya ditemukan dalam keadaan gosong terbakar.


3. MICHAEL HUTCHENCE (1960-1997)
Sebagai salah satu rocker terseksi, Michael menikmati popularitasnya dan berhasil menggamit sejumlah cewek top, termasuk supermodel Helena Christensen dan penyanyi mungil nan seksi, Kylie Minogue. TANDA-TANDA KEGILAAN:
Kehidupannya mulai kacau setelah Michael kemudian diberi obat yang harus selalu diminumnya, yaitu Prozac. Meski berhubungan dengan Paula Yates, mantan penyiar TV yang juga mantan istri rocker gaek Bob Geldof. Kehidupan mereka menjadi bulan-bulanan media-diantaranya ia dicap merebut istri Geldof. Michael juga pernah terlibat insiden menyerang paparazzi. Masalah lain yang dihadapi adalah perebutan hak asuh atas anak Paula dan Geldof. Depresi yang dialaminya menyebabkan ia harus dirawat psikiater. Michaelbegitu, psikiaternya menyatakan tak pernah ada gejala bahwa pasiennya akan melakukan bunuh diri. Bahkan ayahnya yang makan malam dengan Michael malam sebelumnya mengatakan Michael terlihat ceria. Ia juga sedang semangat mempersiapkan tur besar 20 tahun karir INXS.

TRAGIS:
Pada 22 November 1997, Michael ditemukan tewas gantung diri menggunakan sabuk di kamar Hotel Ritz Carlton, Australia. Ada dugaan ia tak bermaksud bunuh diri. Mayatnya ditemukan dalam keadaan bugil mungkin ia hanya bermaksud memuaskan dirinya dengan melakukan auto eroticm (onani dalam keadaan tercekik, konon menambah kenikmatan saat orgasme), namun keterusan tewas. Tapi tak ada bukti kuat yang mendukung teori ini. Sebelum kejadian, Ia menelepon beberapa orang, termasuk manajernya, Martha Troup dan meninggalkan pesan di answering machine, “Martha, Michael here...I *Censored had enough.” laporan koroner menyebutkan dalam kandungan darahnya terdapat kadar alkohol yang cukup tinggi, cocaine, Prozac dan obat-obatan lainnya.

4. SID VICIOUS (1958-1979)
Sid, alias Johan Ritchie, memang sudah kacau sejak remaja. Tapi justru karena
kacau itulah ia dipilih oleh manajer The Sex Pistols, Malcom McLaren, menjadi
basis band punk itu menggantikan Glen Matlock-terlepas dari fakta ia tidak bisa
main bas sebelumnya. Siapa yang akan memeperhatikan suara basnya kalau mereka sedang di panggung? Tinggal pelankan amplifier bas yang dipegang Sid dan keraskan suara rekaman bas yang dimainkan gitaris Steve Jones. TANDA-TANDA KEGILAAN: Pacaran dengan cewek yang sama gilanya, Nancy Spungen. Mereka berdua tidak bisa dipisahkan-bagai John dan Yoko dalam versi sinting. Kegiatan mereka berdua sehari-hari adalah seks, menikmati narkoba dan saling memaki-pukul-tendang. Suatu kali muka Nancy bengap karena kepalanya dipukul dengan gitar oleh Sid, tapihebatnya, Nancy yang sedang high tidak kesakitan dan menganggap tindakan itu bukan penyiksaan.

TRAGIS:
12 Oktober 1978, polisi menemukan mayat Nancy yang perutnya menganga dengan darah berceceran di mana-mana di sebuah kamar di Hotel Chelsea , New York . Di luar kamar, Sid sedang linglung mondar-mandir sambil berceloteh, “Saya telah membunuhnya, saya tidak bisa hidup tanpanya...dia pasti jatuh di atas pisau.” polisi langsung menahannya. Proses hukum tidak pernah selesai, karena pada 2 Februari 1979, Sid Vicious tewas akibat OD yang disengaja. Ia telah beberapa kali mencoba bunuh diri, termasuk salah satunya ketika ia menyilet nadinya dengan pisau sambil berteriak-teriak, “Saya ingin bersama dengan Nancy .”


5. RICHEY JAMES EDWARDS (1969-1995)
James Dean Bradfield pernah mengatakan ia berharap yang menjadi vokalis dalam band-nya, maniac Sreet Preachers, bukanlah dirinya melainkan Richey. Tapi karena terlalu pemalu, Richey yang modal bermain gitarnya pas-pasan, hanya menjadi pemain rhythm gitar. Tapi dalam membuat lirik lagu, ia adalah jenius. Sarjana sejarah yang hobi membaca buku-buku berat ini sangat piawai dalam menulis lirik lagu
MSP yang berisi retorika politik dan tentu saja, kepedihan hidup. TANDA-TANDA KEGILAAN : Tak begitu jelas apa yang menyebabkan Richey selalu depresi. Ia mendapatkan perawatan kejiwaan dan diberikan obat Prozac oleh dokternya. Richey dikenal mempunyai kecenderungan menyakiti dirinya sendiri. Dalam suatu wawancara dengan seorang wartawan musik, ia menyiletkan kata-kata “4 Real” di lengannya-yang menyebabkan ia mendapatkan 17 jahitan. Ia juga mengagumi tokoh-tokoh yang melakukan bunuh diri seperti pejuang IRA, Bobby Sands yang tewas mogok makan dan pelukis Vincent Van Gogh, yang kata-kata terakhirnya “La tristesse durera” dijadikan judul salah satu lagu MSP. Oh, ya, mereka juga membawakan ulang lagu soundtrack film M.A.S.H berjudul Suicide Is Painless.

TRAGIS :
Memang masih misteri, namun laporan resmi Polisi Inggris menyebutkan hilang dan diduga kuat telah meninggal. Tanggal 1 Februari 1995 adalah kali terakhir orang melihat Richey. Ia pergi meninggalkan sebuah hotel di London dengan mobilnya. Keesokan harinya, manajernya melaporkan ke polisi dan pencarian dilakukan. Dua minggu kemudian, polisi menemukan mobil Vauxhall Cavaliers milik Richey diparkir diparkir di sebelah bengkel dekat dengan jembatan Severn , suatu lokasi yang sering dipergunakan orang bunuh diri. Sampai sekarang mayatnya tidak pernah diketemukan, meski ada beberapa kabar mengenai orang yang melihat Richey di suatu tempat. Mungkin berita ngawur, mengingat sampai saat ini masih banyak orang yang melihat Elvis.


6. SYLVIA PLATH (1932-1963)
Plath termasuk orang yang tidak pede. Kalau karyanya mendapat kritik negatif, ia akan larut dalam kekecewaan. Padahal, di tahun 1982 ia memenangkan Pulitzer Prize untuk buku The Collected Poems-sayang ia sudah meninggal. TANDA-TANDA KEGILAAN : Depresi telah dirasakannya sejak usia 8 tahun ketika ayahnya meninggal dunia karena diabetes. “I'll never talk to God again,” katanya. Lalu pada usia 18 tahun, Plath sudah bicara soal bunuh diri dalam sebuah jurnalnya: “...Saya ingin bunuh diri, untuk melarikan diri dari tanggung jawab, untuk dengan segala kerendahan hati merangkak masuk kembali ke dalam kandungan.” segala penolakan dan kegagalan bercinta membuatyang juga seorang penulis, ia tidak kunjung bahagia-apalagi karena Hughes
selingkuh dengan wanita yang menyewa paviliun rumah mereka. Parahnya, Hughes pernah berkata kepada Plath sesaat sebelum meninggalkannya, bahwa ia berharap Plath bunuh diri karena tahu dirinya selingkuh dan dengan begitu ia bisa menjual rumah mereka.

TRAGIS :
London , 11 Februari 1963 pagi. Plath menyiapkan susu dan roti di kamar anaknya, membuka jendela dan menutup celah pintu dengan selotip. Dia menuju dapur di lantai bawah, menyegel pintu dapur, berlutut di depan oven dan memasukkan kepalanya sesudah menyalakan gas. Mayatnya ditemukan oleh seorang perawat yang memang ditugaskan memantau kesehatan jiwanya. Tapi keadilan berbicara. Enam tahun kemudian, Assia Wevill, wanita yang merebut Ted bunuh diri dengan cara yang persis sama karena tak tahan menjadi bayang-bayang Sylvia.


7. YUKIO MISHIMA (1925-1970)
Salah satu sastrawan Jepang yang paling berpengaruh di abad ke- 20. Ia pernah 3 kali dicalonkan sebagai pemenang Nobel. Nama aslinya Hiraoka Kimitake. Ia menggunakan nama Yukio Mishima karena tidak ingin dikenali oleh ayahnya yang tidak suka
literatur. Di antara karyanya yang paling menonjol adalah The Temple of The Golden Pavilion dan tetralogi The Sea of Fertility (1965-70). TANDA-TANDA KEGILAAN : Mishima sangat berjiwa patriot, ia menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Jepang seperti semangat keprajuritan Bushido dan sangat loyal kepadaKaisar. Mulai pertengahan tahun 50-an, Mishima terobsesi untuk membuat tubuhnya indah dan tidak rusak karena dimakan usia, maka ia pun rajin latihan body building. Ketika badannya mulai “jadi”, ia seringkali difoto mengenakan G-String dan yang seram ia sempat berpose sedang melakukan seppuku atau bunuh diri iris perut. Semangat militernya semakin kuat di akhir tahun 60-an dan ia mengumpulkan anak buah yang direkrutnya menjadi tentara swasta dengan nama pasukan Tatenokai, yang berarti Pelindung Masyarakat.

TRAGIS :
Pada 25 November 1970, Mishima membawa beberapa anak buahnya ke markas besar militer Jepang. Karena terkenal dan dianggap tidak berbahaya, penjaga membiarkan ia masuk membawa samurai. Tindakan ceroboh, karena Mishima dan tentaranya kemudian menyandera sang Komandan Markas di ruangannya. Mishima kemudian menuntut agar para tentara dikumpulkan di halaman untuk mendengarkannya berpidato agar para prajurit Jepang bangkit membela konstitusi, Kaisar dan melawan pengaruh dan budaya barat. Bisingnya suara sirine polisi, helikopter pers dan teriakan-teriakan, “Hey gila, turun kau!” membuat pidatonya sia-sia. Ia
masuk ke dalam ruangan lagi dan kali ini melakukan ritual seppuku dibantu anak buahnya. Sang jenderal yang disandera hanya bisa kengerian menyaksikan Mishima merobek perutnya sendiri dan salah seorang anak buahnya memenggal kepalanya sebagai bagian dari aksi edan itu

Salam yang Digunakan Pengamen

berikut ini adalah tuturan pendahuluan dan tuturan penutup yang digunakan pengamen khususnya diwilayah jawat imur


1. Ya kami permisi Assalamualaikum, selamat siang menjelang sore, bertemu lagi dengan kami, mohon maaf mengganggu perjalanan anda dan kenyamanan anda. Jangan bosan bosan nggih dengan wajah-wajah pengamen pak lek-bu lek, pak dhe-bu dhe, daripada nyolong nyopet. Buat kami lebih baik ngamen di wilayah lumajang dan sekitarnya.
Yo oke cukup sekian dari kami sedikitlah berbagi. Mohon maaf bila kami bertiga kurang sopan. Bukan kecantikan anda, bukan ketampanan melainkan keikhlasan. Bunga partisipasi anda


2. Selamat siang para penumpang sekalian juga mas supir beserta patnernya. Seperti biasa perjalanan anda di jalur Bondowoso-Arjasa ini berkali-kali terganggu. Namun saya berharap mudah mudahan untuk kali ini masih berkenan di hati para penumpang semua.
Baik inilah saya promosikan dua buah lagu dari tipe-ex yang telah saya bawakan secara medley mengantar perjalanan anda memasuki batas wilayah kabupaten jember. Mudah mudahan saja masih berkenan dihati para penumpang semuanya. Jika pada mas sopir beserta para patnernya taklupa saya sampaikan banyak-banyak terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan untuk sekedar mengkais sisa-sisa rizki diatas bus. Sekali slamat jalan harapan saya mengiring perjalanan anda. Semoga anda semua selamat hingga di tempat tujuan tanpa halangan suatu apapun juga.


3 Assalamualaikum permisi slamat siang bapak ibuknya ya. Mohon maaf mungkin kehadiran kami di sini sedikit mengganggu ketenangan perjalanan anda. Ya pengamen lagi-pengamen lagi bapak ibuknya ya. Mohon harap maklum bangsa ini banyak sekali penganggurannya. Sempitnya lowongan pekerjaan akhirnya kami ngamen di sini. Sekedar buat tambah-tambah menyambung kehidupan kami karena hanya dijalanan kami berkarya dan mencari nafkah. Mohon dimaklumi. Satu tembang semoga sedikit berkenan di hati..
Berahirnya tembang ini maka berahir pula jumpa kita pada sore hari ini. Akhir kata wassalam slamat jalan. Ikhlas bagi anda insyaallah halal bagi kami. Semoga apapun pemberian anda bagi kami senantiasa mendapat balas ganti yang insyaAllah lebih sempurna dari Allah SWT. Amin. Slamat jalan kami doakan semoga anda semua selamat sampai dengan tujuan masing masing.


4 Assalamualaikum, permisi, selamat siang. Sambil menunngu keberangkatan bis ini ya, kami bersatu berdua mencoba menghibur anda sekalian lewat satu-dua buah tembang lagu semoga sedikit banyak bisa menghibur. Satu tembang dari ujung wetan pulau jawa ya, tentunya lewat gending laros banyuangi.
Ya.. cukup sampai disini lagu yang saya lantunkan. Semoga sedikit banyak bisa menghibur anda sekalian. Kami ucapkan terima kasih atas segala partisipasinya. Pesan dari kami berhati-hati dalam perjalanan, periksa kembali barang-barang anda, sebelum anda turun jangan sampai ketinggalan, ataupun tertukar apalagi kecopetan. Selamat siang dan terima kasih..


5 Assalamualaikum Wr.Wb. Jumpa lagi dengan kami arek-arek relaksa, suka-rela tanpa unsur paksa. Pun ajre nggih pakdhe-budhe, paklek-bulek, kulo teng mriki sanes nodong utawi nyolong. Kami di sini hanya ingin memungut sisa rejeki, menghibur anda sekalian dengan lantunan lagu-lagu yang mungkin kurang merdu namun semoga bisa berkenan dihati pakdhe-budhe, paklek-bulek semuanya. Lagu pertama dari kami semoga anda terhibur
Itulah tadi, ribuan tembang telah kami luncurkan di ruang dengar anda. Seratus -duaratus asal anda ihlas insyaAllah halal bagi kami. Tak ada uang, rokok-rokok, permen-permen, asal jangan sandal jepit selisihan. Yang tertidur saya doakan cepat bangun, dan yang pura-pura tidur juga saya doakan semoga selamat sampai tujuan. Terimakasih atas partisipasinya. Semoga kita berjumpa kembali di lain kesempatan walaupun hanya dalam gedung kesenian bintang lima ini.


6 Ya… selamat sore, jumpa lagi di perjalana anda menuju kota jember dan sekitarnya. Tak capeknya kami menghibur anda dengan satu-dua buah lagu dan mohon maaf sebelumnya apabila kehadiran kami menggangu ketenangan perjalanan anda. Satu tembang dari lagunya bang ebit menemani perjanan anda.
Oke, berhubung suaranya sudah agak sumbang alias serak-serak banjir ya… sampai disini lagu hiburan dari saya. Senang rasanya bisa menghibur anda sekalian. Saya ucapkan terimakasih buat pak sopir dan patner kerjanya dan buat penumpang saya ucapkan selamat jalan, berhati-hati dalam perjalanan, periksa kembali barang-barang anda, sebelum anda turun jangan sampai ketinggalan, ataupun tertukar apalagi kecopetan. Slamat sore, slamat jalan dan terima kasih.


7 Assalamualaikum. Pak sopir, pak kernet dan segenap penumpang selamat siang, ya… sebelumnya mohon maaf bila kami mengganggu anda semua. Kami ngamen dari pada nyopet, dicekel pak budi, ditembak bokonge nggeh? dicekel pak bambang digawe bal-balan nggih?
Nggih sampun paklek-bulik nggih. Niki bis e ajenge budal. Kulo ngamen nggih mboten mekso, mboten nodong, sak wontenne. Menawi wonten diparingake nggih sing nylempit-nylempit. Mboten enten duit cilik, rokok-rokok permen kami terima. Selamat jalan kami ucapkan. Semoga semua selamat sampai tujuan masing-masing


8 Assalamualaikum, selamat siang bapak sopir dan kernetnya, beserta penumpang yang terhormat. Kembali menemani keberangkatan anda menuju kota bondowoso, kami mencoba menghibur dengan satu-dua buah lagu. Semoga sedikit banyak bisa menghibur.....
Ya berakhirnya tembang tersebut, berahir pula perjumpaan kita pada siang hari ini. Semoga selamat sampai tujuan masing-masing. Ikhlas dari anda insyaAllah barokah bagi saya. Mohon maaf apabila ada kata-kata atau perkataan kami yang kurang sopan. Wassalam dan slamat jalan.


9 Ya oke selamat siang. Pak sopir dan penumpang yang berbahagia. Sebelumnya mohon maaf apabila mengganggu perjalanan anda. Inilah tembang-tembang dari kami….
Ya oke itulah sebuah tembang-tembang dari kami semoga berkenan dihati anda. Skali-lagi berhati-hatilah dalam perjalanan ini. Jangan sampai kehilangan atau kecopetan. Selamat siang, selamat jalan, semoga selamat sampai tujuan tanpa halangan suatu apapun.


10 Asalammualaikum. Takhenti-henti sambung-menyambung para pengamennya bapak ibuknya ya. Harap maklum bangsa Indonesia banyak sekali penganggurannya, bertambah banyak pula pengamennya. Namun tujuan tetap sama sekedar menyambung kehidupan bagi kami. Oke dalam acara hibur-menghibur dengan tembang-tembang yang sedikit ngawur, mudah-mudahan anda tidak tertidur.
Oke. Berahir tembang ini berahir pula perjumpaan kita siang hari ini. Terima kasih atas perhatian dan sumbangan sosial anda. Semoga apapun yang anda berikan selalu diganti yang lebih sempurna. Amin. Arigato, wasalam, selamat jalan, semoga selamat sampai tujuan masing-masing. Jumpa lagi dilain waktu dan kesempatan. Wassalam. Selamat jalan

Sabtu, 29 Mei 2010

99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman

Berikut ini barangkali daftar kebaikan yang perlu anda renungkan, kalau perlu anda print dan tempelkan di tempat strategis yang dapat dijadikan pengingat setiap hari. Karena tiap pointnya terdapat nilai kebaikan yang sangat berharga.

01. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
08. Jangan usil dengan kekayaan orang;
09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;
10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;

11. Jangan tamak kepada harta;
12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;
13. Jangan hancur karena kezaliman;
14. Jangan goyah karena fitnah;
15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.
16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
19. Jangan sakiti anak yatim;
20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;

21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
22. Banyak berkunjung ke rumah Allah [masjid];
23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;
25. Biasakan shalat malam;
26. Perbanyak dzikir dan do'a kepada Allah;
27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
30. Jangan marah berlebih-lebihan;

31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan;
36. Jangan percaya ramalan manusia;
37. Jangan terlampau takut miskin;
38. Hormatilah setiap orang;
39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;

41. Berlakulah adil dalam segala urusan;
42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
43. Bersihkan rumah dari patung-patung berhala;
44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
45. Perbanyak silaturrahim;
46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
47. Bicaralah secukupnya;
48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;

51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
54. Hormatilah kepada guru dan ulama;
55. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
56. Cintai keluarga Nabi saw;
57. Jangan terlalu banyak hutang;
58. Jangan terlampau mudah berjanji;
59. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahawa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;

61. Bergaul lah dengan orang-orang soleh;
62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya;
67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan
69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.
70. Jangan melukai hati orang lain;

71. Jangan membiasakan berkata dusta;
72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita
76. Jangan membuka aib orang lain;
77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya;

81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa dan negara;

82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
85. Hargai prestasi dan pemberian orang;
86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan.
88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu;
90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;

91 . Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya;
94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri;
97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
98. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan kerusakan;
99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang;

Puisi Putih

Kau dan aku tak satupun yang tau…..

Tahunpun berikan jawaban yang semu…..

Kau dan aku tak satupun yang tau…..

Jadi tak selalu simpulanmu itu baku…..

Sesungguhnya manusia hanya manusia….

Saling mengerti adalah kunci segalanya…..

Tepat seperti yang kukira….

Terombang-ambing kau ditelan waktu…..

Sembelih perasaan bukan jawaban…..

Rasakan energi tenangkan jiwamu…..

Jika wajahku ini hatiku….

Tak mungkin sanggup kau tahan malumu….

Tak mungkin sanggup kau tahan harumu….

Dan tak mungkin sanggup kau mengimbanginya….

Karma kau tau begitu cintanya aku….

Aku mencintaimu dengan sederhana….

Seperti cinta api pada kayu….

Yang tak sempat terungkapkan….

Karma menjadikannya abu….

Tutup matamu….

Bisukan bibirmu….

Tanya pada hati kecilmu….

Adakah cinta sejati untukku….

Jika ada….

Tersenyumlah bidadariku…..

By: SULTAN

recha_insane

recha_insane